Kau tahu kawan aku benar-benar terjebak dalam pekerjaan merindu. Bukan untuk hari ini tetapi entah sudah berapa lama ia menjadi sebuah rutinitas. Alhamdulillah atas pertemuan yang Allah hadirkan bersama kalian. Sekelompok teman terbaik yang selalu ada untuk membantu dan senantiasa mengingatkan. Sangat berat rasanya jika memikirkan akan berpisah dari kalian setelah mendapatkan gelar ini. Masih ingin bersama kalian untuk belajar bersama namun rencana Allah jauh lebih baik dari rencana kita. Saya yakin Allah Maha Mengetahui dan biarkan sabar menuntun kita untuk bertemu kembali. Kita tak pernah tahu akan bertemu lagi dalam keadaan yang seperti apa tetapi semoga pertemuan selanjutnya lebih indah dan mengarahkan kita pada kecintaan kepada Yang Maha Esa, Allah SWT. Inshaa Allah.
Selamat bertugas teman-teman terbaikku. Terima kasih untuk semuanya :)
Mind Palace
Because there are so many memories and sometimes I need to recall it :)
Selasa, 27 Mei 2014
Sabtu, 03 Mei 2014
Hiperkes Jogja (April, 2014) Part 1
Berawal dari keinginan mengikuti ACLS yang tidak kesampaian akhirnya seorang teman mengajak untuk mengikuti sebuah pelatihan Hiperkes di Jogja. Awalnya tidak ada ketertarikan untuk mengikutinya tetapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya mencoba lagipula bisa sekalian jalan-jalan di kota pelajar. Setelah memantapkan diri untuk ikut tentu saja usaha promosi pun dilakukan, karena ada slogan "ga ada loe ga rame." Hehehee..
Saat itu kami hanya bertiga (saya, Farni, Dwi) tetapi setelah meracuni pikiran orang-orang bertambahlah dua orang lagi yang goyah imannya yang berasal dari kalangan terdekat yaitu Farah dan Ulfa. (hihihii.. kena deh)
Dan entah bagaimana usaha dari duo kembar ini (Farni, Dwi) hingga mendapat korban yang baru yaitu kak upik (sebenarnya seangkatan tetapi kami menghormati yang lebih tua).
Sebenarnya sebelum kak Upik bergabung kami telah melakukan pertemuan rahasia di istana duo kembar. Kami membahas beberapa agenda mengenai keberangkatan kami ke kota pelajar. Walaupun lebih tepatnya pertemuan itu berisi tentang cara mengatasi bagaimana menenangkan seorang anak (guest star: Acha).
Dan tibalah tanggal 18 April 2014
Hari ini merupakan hari di mana kami sepakat untuk berangkat ke kota Yogyakarta. Setelah berbagai rencana yang sempat berubah-ubah akhirnya kami memutuskan ke Yogyakarta via udara walaupun harus transit di Surabaya (gara-gara rencana yg terus berubah-ubah, tiket pun kehabisan). Mengacu pada Bhinneka Tunggal Ika kami pun demikian, walaupun berangkat dari tempat yang berbeda kami menuju pada satu tempat yaitu Yogyakarta. Berhubung 3 orang berangkat dari Makassar dan 3 orang lainnya berangkat dari Jakarta.
Karena saya termasuk golongan yang berangkat dari Makassar maka saya akan menambahkan cerita tentang transit kami di Surabaya. Hampir saja kami ketinggalan pesawat dikarenakan berharap "masih ada panggilan terakhir kok." Grrrrr... Kenapa panggilan pertama dan terakhir hanya berjarak kurang dari 5 menit. Untung saja kedua teman saya mempunyai skill yang hebat dan sangat terlatih dalam hal mengunyah makanan. Tinggal sluurrpppp...
Yogyakarta, salam kenal dari Makassar
Akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta setelah melanglangbuana di udara selama 1 jam lebih-lebih sedikit. Hehehe..
Hallo Yogyakarta, salam kenal.
Ini pertama kalinya bagi kami bertiga menginjakkan kaki di kota pelajar. Setelah mengambil bagasi, kami pun di sambut oleh teman dari kakaknya Ulfa yaitu kak Novita tapi kami diajar oleh ulfa memanggilnya kak Nono. Kami bertiga menggunakan taksi bandara menuju tempat penginapan kami dan kak Nono mengikuti kami dari belakang dengan menggunakan GPS, eeehh... salah... maksudnya motor. Karena supir taksi yang seolah enggan menunggu kak Nono di belakang, kami pun berusaha menghapal tanda-tanda yang ada di jalan untuk menginfokan ke kak Nono (ternyata kak Nono juga tidak tau tempat penginapan kami). Karena berharap ada ulfa yang bisa menghapal arah dan menyampaikan ke kak Nono, saya pun berinisiatif mengambil tugas lain. "Apa yah bagusnya? Supaya dibilang kerja gitu?", gumamku dalam hati. Akhirnya demi menjaga-jaga agar kami tidak menjadi korban dipatotol, saya pun membuka GPS dan mencocokkan dengan jalan yang kami tempuh. "Ulfa, kalau 11,1 km itu di Makassar dari mana ke mana yah?", tanyaku kepada ulfa. Tetapi sepertinya Farah juga mau dapat tugas, jadi dia yang berinisiatif menjawab lagipula Ulfa sibuk menjadi informan kak Nono. Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi alias kode ke pak supir kalau saya barusan membaca keterangan di pintu bahwa 1 Km = Rp. 3.650, buka pintu Rp.6.000 dan minimal transaksi Rp. 20.000. Hahahaaaaa... Tetapi kenapa yah pak supirnya biasa-biasa saja? Hmm..
Akhirnya setelah menempuh jarak kurang lebih 11,1 Km tibalah kami di penginapan yang terletak di Jalan Ireda (tidak jauh dari tempat pelatihan kami). Dan..dan..dan.. banyak hal yang membuat kami... Fiuuuhhh...
Pertama: ternyata usaha untuk menghitung-hitung berapa banyak yang harus kami bayar dari bandara-jl.ireda (11,1 Km) tidak diperlukan saat itu karena taksinya sudah dibayar kak Nono di bandara tadi.
Kedua: usaha kami (maksudnya ulfa) menghapal arah dan tanda-tanda di jalanan juga tidak begitu diperlukan, kami lupa ada teknologi yang akrab disapa GPS yang ternyata dipakai oleh kak Nono untuk mengikuti kami dari belakang.
Ketiga: Biarlah hanya kami bertiga yang tahu bagaimana kesan awalnya.
Pemilik penginapan dapat langsung mengenali kami tamu dari Makassar (if you know what I mean), dengan ramahnya kami pun diantar ke kamar kami. Kami memesan 2 kamar untuk satu hari karena kami memang berencana mencari penginapan baru setibanya kami di sana. Berhubung kami bertiga kelaparan dan ada kak Nono yang tahu tempat makan akhirnya kami mengutus Ulfa untuk menemani kak Nono mencari makan. Kami berempat pun makan sate dengan porsi yang berbeda-beda (untuk detail tidak perlu ditampilkan) tetapi ternyata beberapa hanya lapar mata (tidak perlu juga disebutkan). Sementara kami menyantap makanan kami tiba-tiba saya merasa berputar, "aduh, vertigo lagi", gumamku dalam hati. Dan terdengarlah teriakan ulfa, "HUUAAAAHHHH,,, ada gempaaaa....." Ternyata rasa berputar tadi bukan karena vertigo tetapi karena gempa (menurut berita keesokan harinya gempa 5,6 SR). Kami yang tidak pernah merasakan gempa di Makassar pun tersontak kaget, tetapi kak Nono berusaha menenangkan kami kalau gempa yang tadi tidak seberapa dan pernah ada yang lebih hebat dari itu. Walaupun masih sedikit syok tetapi kami bersyukur tidak terjadi apa-apa dan kak Nono pun masih sempat bercanda dengan kami dengan berkata "tadi itu gempa sambutan selamat datang di Yogyakarta."
Memang sih tadi kami sempat menyapa jogja tetapi sepertinya lebih baik tidak usah dibalas kalau kayak gini. Ngeri juga..
Saat itu kami hanya bertiga (saya, Farni, Dwi) tetapi setelah meracuni pikiran orang-orang bertambahlah dua orang lagi yang goyah imannya yang berasal dari kalangan terdekat yaitu Farah dan Ulfa. (hihihii.. kena deh)
Dan entah bagaimana usaha dari duo kembar ini (Farni, Dwi) hingga mendapat korban yang baru yaitu kak upik (sebenarnya seangkatan tetapi kami menghormati yang lebih tua).
Sebenarnya sebelum kak Upik bergabung kami telah melakukan pertemuan rahasia di istana duo kembar. Kami membahas beberapa agenda mengenai keberangkatan kami ke kota pelajar. Walaupun lebih tepatnya pertemuan itu berisi tentang cara mengatasi bagaimana menenangkan seorang anak (guest star: Acha).
Dan tibalah tanggal 18 April 2014
Hari ini merupakan hari di mana kami sepakat untuk berangkat ke kota Yogyakarta. Setelah berbagai rencana yang sempat berubah-ubah akhirnya kami memutuskan ke Yogyakarta via udara walaupun harus transit di Surabaya (gara-gara rencana yg terus berubah-ubah, tiket pun kehabisan). Mengacu pada Bhinneka Tunggal Ika kami pun demikian, walaupun berangkat dari tempat yang berbeda kami menuju pada satu tempat yaitu Yogyakarta. Berhubung 3 orang berangkat dari Makassar dan 3 orang lainnya berangkat dari Jakarta.
Karena saya termasuk golongan yang berangkat dari Makassar maka saya akan menambahkan cerita tentang transit kami di Surabaya. Hampir saja kami ketinggalan pesawat dikarenakan berharap "masih ada panggilan terakhir kok." Grrrrr... Kenapa panggilan pertama dan terakhir hanya berjarak kurang dari 5 menit. Untung saja kedua teman saya mempunyai skill yang hebat dan sangat terlatih dalam hal mengunyah makanan. Tinggal sluurrpppp...
Yogyakarta, salam kenal dari Makassar
Akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta setelah melanglangbuana di udara selama 1 jam lebih-lebih sedikit. Hehehe..
Hallo Yogyakarta, salam kenal.
Ini pertama kalinya bagi kami bertiga menginjakkan kaki di kota pelajar. Setelah mengambil bagasi, kami pun di sambut oleh teman dari kakaknya Ulfa yaitu kak Novita tapi kami diajar oleh ulfa memanggilnya kak Nono. Kami bertiga menggunakan taksi bandara menuju tempat penginapan kami dan kak Nono mengikuti kami dari belakang dengan menggunakan GPS, eeehh... salah... maksudnya motor. Karena supir taksi yang seolah enggan menunggu kak Nono di belakang, kami pun berusaha menghapal tanda-tanda yang ada di jalan untuk menginfokan ke kak Nono (ternyata kak Nono juga tidak tau tempat penginapan kami). Karena berharap ada ulfa yang bisa menghapal arah dan menyampaikan ke kak Nono, saya pun berinisiatif mengambil tugas lain. "Apa yah bagusnya? Supaya dibilang kerja gitu?", gumamku dalam hati. Akhirnya demi menjaga-jaga agar kami tidak menjadi korban dipatotol, saya pun membuka GPS dan mencocokkan dengan jalan yang kami tempuh. "Ulfa, kalau 11,1 km itu di Makassar dari mana ke mana yah?", tanyaku kepada ulfa. Tetapi sepertinya Farah juga mau dapat tugas, jadi dia yang berinisiatif menjawab lagipula Ulfa sibuk menjadi informan kak Nono. Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi alias kode ke pak supir kalau saya barusan membaca keterangan di pintu bahwa 1 Km = Rp. 3.650, buka pintu Rp.6.000 dan minimal transaksi Rp. 20.000. Hahahaaaaa... Tetapi kenapa yah pak supirnya biasa-biasa saja? Hmm..
Akhirnya setelah menempuh jarak kurang lebih 11,1 Km tibalah kami di penginapan yang terletak di Jalan Ireda (tidak jauh dari tempat pelatihan kami). Dan..dan..dan.. banyak hal yang membuat kami... Fiuuuhhh...
Pertama: ternyata usaha untuk menghitung-hitung berapa banyak yang harus kami bayar dari bandara-jl.ireda (11,1 Km) tidak diperlukan saat itu karena taksinya sudah dibayar kak Nono di bandara tadi.
Kedua: usaha kami (maksudnya ulfa) menghapal arah dan tanda-tanda di jalanan juga tidak begitu diperlukan, kami lupa ada teknologi yang akrab disapa GPS yang ternyata dipakai oleh kak Nono untuk mengikuti kami dari belakang.
Ketiga: Biarlah hanya kami bertiga yang tahu bagaimana kesan awalnya.
Pemilik penginapan dapat langsung mengenali kami tamu dari Makassar (if you know what I mean), dengan ramahnya kami pun diantar ke kamar kami. Kami memesan 2 kamar untuk satu hari karena kami memang berencana mencari penginapan baru setibanya kami di sana. Berhubung kami bertiga kelaparan dan ada kak Nono yang tahu tempat makan akhirnya kami mengutus Ulfa untuk menemani kak Nono mencari makan. Kami berempat pun makan sate dengan porsi yang berbeda-beda (untuk detail tidak perlu ditampilkan) tetapi ternyata beberapa hanya lapar mata (tidak perlu juga disebutkan). Sementara kami menyantap makanan kami tiba-tiba saya merasa berputar, "aduh, vertigo lagi", gumamku dalam hati. Dan terdengarlah teriakan ulfa, "HUUAAAAHHHH,,, ada gempaaaa....." Ternyata rasa berputar tadi bukan karena vertigo tetapi karena gempa (menurut berita keesokan harinya gempa 5,6 SR). Kami yang tidak pernah merasakan gempa di Makassar pun tersontak kaget, tetapi kak Nono berusaha menenangkan kami kalau gempa yang tadi tidak seberapa dan pernah ada yang lebih hebat dari itu. Walaupun masih sedikit syok tetapi kami bersyukur tidak terjadi apa-apa dan kak Nono pun masih sempat bercanda dengan kami dengan berkata "tadi itu gempa sambutan selamat datang di Yogyakarta."
Memang sih tadi kami sempat menyapa jogja tetapi sepertinya lebih baik tidak usah dibalas kalau kayak gini. Ngeri juga..
Keyword:
cerita,
Gempa,
Hiperkes,
Makassar,
Yogyakarta
Biarlah
Tak usah kau risau kawan
Aku hanya ingin mengeluarkan kesedihan ini
Tak ingin ia mendekam dan menjangkiti hati ini
Biarlah kusampaikan rasa kecewaku, rasa sedihku, dan rasa rinduku
Sebuah untaian rasa sayang yang salah kuungkapkan
Berakhir dengan kecewamu dan marahmu
Biarlah kawan
Ini salahku yang tak pandai mengingatkanmu
Bila telah tiba waktunya
Jiwa ini akan kembali pada posisi tegaknya
Hati ini tak lagi ingin merindu
Saat itu kau akan bebas kawan
Biarlah aku sampaikan kesedihan yang mendalam ini
Karena suatu saat ia tak lagi ada
Biarlah ia sebagai jejak
Hati ini pernah menyayangi
Aku hanya ingin mengeluarkan kesedihan ini
Tak ingin ia mendekam dan menjangkiti hati ini
Biarlah kusampaikan rasa kecewaku, rasa sedihku, dan rasa rinduku
Sebuah untaian rasa sayang yang salah kuungkapkan
Berakhir dengan kecewamu dan marahmu
Biarlah kawan
Ini salahku yang tak pandai mengingatkanmu
Bila telah tiba waktunya
Jiwa ini akan kembali pada posisi tegaknya
Hati ini tak lagi ingin merindu
Saat itu kau akan bebas kawan
Biarlah aku sampaikan kesedihan yang mendalam ini
Karena suatu saat ia tak lagi ada
Biarlah ia sebagai jejak
Hati ini pernah menyayangi
Kamis, 20 Desember 2012
Sebuah hati dan sikap
Pepatah pernah berkata "bahagia itu ketika pikiran, perasaan dan perbuatan semuanya selaras." Dan kalimat itu tiba-tiba saja melintas di timeline twitterku. Hal yang lucu dari kalimat tersebut adalah secara tidak langsung mengatakan bahwa bahagia itu adalah orang yang sehat jiwanya. Tetapi kita tidak membahas itu kali ini, jadi abaikan saja.
Yang jadi topik kali ini adalah tentang seseorang yang hatinya berkata sesuatu tetapi ia memilih untuk bersikap berlawanan dengan kata hatinya. Saya berharap saya yang salah mengartikan perasaannya. Kita memang tidak pernah tahu hati seseorang seperti apa. Entah kita sudah bertahun-tahun bersamanya ataukah kita hanya sepintas lalu dalam hidupnya, namanya kata hati hanya penciptanya yang mengetahui. Orang yang memiliki kata hati itu saja kadang terkecoh dalam menafsirkannya apalagi kita yang kadang hanya menjadi penonton kisahnya.
Seorang teman yang aku tahu memiliki karakter yang lumayan keras namun sebenarnya ia memiliki hati yang lumayan rapuh dan sangat lembut. Saat itu aku merasa ada sesuatu hal yang ingin dia sampaikan tetapi ia memilih untuk menyimpannya untuk sementara waktu sampai kondisinya tepat untuk mengatakannya. Akupun tak memaksa ia untuk segera mengatakannya. Kubiarkan ia merangkai kata-kata yang tepat sehingga nantinya aku tidak salah mengartikan maksudnya. Sampai pada saat di mana kami dalam kondisi yang sangat mendukung barulah ia mengatakan hal yang disimpannya sedari tadi. Sudah ku duga akan hal itu tetapi saat ini aku tak ingin terlalu banyak memprediksi seperti sebelumnya. Kubiarkan ia menyampaikan hal yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Setelah ia menyampaikan semua cerita tersebut, ada sesuatu hal yang kurasa mengganggu di balik cerita itu. Aku sebenarnya tak mengerti maksud dari mengapa ia ingin menyampaikan hal itu setelah menyimpannya lumayan lama. Mengapa tak langsung mengatakannya saja? Atau mengapa hal itu tak usah dibahas saja? Apapun itu, kali ini aku tak ingin berpikiran aneh-aneh lagi. Yang ku tahu dari ceritanya, ia sangat bahagia mendengar cerita tersebut. Walaupun terkadang aku tak sepenuhnya yakin akan pengakuannya. Entah hanya perasaanku saja atau memang begitu adanya, ia hanya tak ingin seseorang menjadi terlihat sangat buruk di mata beberapa orang. Menjaga nama baik seseorang dengan bersikap demikian menurutku tidak mudah. Hanya seseorang yang memiliki hati yang kuat yang dapat menunjukkan sebuah sikap. Walaupun dikatakan bahagia itu jika pikiran, perasaan dan perbuatan selaras. Menurutku, ia membuktikan bahagia itu dengan caranya sendiri dan bahagia dapat diraih dengan berbagai cara.
Yang jadi topik kali ini adalah tentang seseorang yang hatinya berkata sesuatu tetapi ia memilih untuk bersikap berlawanan dengan kata hatinya. Saya berharap saya yang salah mengartikan perasaannya. Kita memang tidak pernah tahu hati seseorang seperti apa. Entah kita sudah bertahun-tahun bersamanya ataukah kita hanya sepintas lalu dalam hidupnya, namanya kata hati hanya penciptanya yang mengetahui. Orang yang memiliki kata hati itu saja kadang terkecoh dalam menafsirkannya apalagi kita yang kadang hanya menjadi penonton kisahnya.
Seorang teman yang aku tahu memiliki karakter yang lumayan keras namun sebenarnya ia memiliki hati yang lumayan rapuh dan sangat lembut. Saat itu aku merasa ada sesuatu hal yang ingin dia sampaikan tetapi ia memilih untuk menyimpannya untuk sementara waktu sampai kondisinya tepat untuk mengatakannya. Akupun tak memaksa ia untuk segera mengatakannya. Kubiarkan ia merangkai kata-kata yang tepat sehingga nantinya aku tidak salah mengartikan maksudnya. Sampai pada saat di mana kami dalam kondisi yang sangat mendukung barulah ia mengatakan hal yang disimpannya sedari tadi. Sudah ku duga akan hal itu tetapi saat ini aku tak ingin terlalu banyak memprediksi seperti sebelumnya. Kubiarkan ia menyampaikan hal yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Setelah ia menyampaikan semua cerita tersebut, ada sesuatu hal yang kurasa mengganggu di balik cerita itu. Aku sebenarnya tak mengerti maksud dari mengapa ia ingin menyampaikan hal itu setelah menyimpannya lumayan lama. Mengapa tak langsung mengatakannya saja? Atau mengapa hal itu tak usah dibahas saja? Apapun itu, kali ini aku tak ingin berpikiran aneh-aneh lagi. Yang ku tahu dari ceritanya, ia sangat bahagia mendengar cerita tersebut. Walaupun terkadang aku tak sepenuhnya yakin akan pengakuannya. Entah hanya perasaanku saja atau memang begitu adanya, ia hanya tak ingin seseorang menjadi terlihat sangat buruk di mata beberapa orang. Menjaga nama baik seseorang dengan bersikap demikian menurutku tidak mudah. Hanya seseorang yang memiliki hati yang kuat yang dapat menunjukkan sebuah sikap. Walaupun dikatakan bahagia itu jika pikiran, perasaan dan perbuatan selaras. Menurutku, ia membuktikan bahagia itu dengan caranya sendiri dan bahagia dapat diraih dengan berbagai cara.
Senin, 01 Oktober 2012
Everything changes
Dengan adanya waktu yang terus berputar maka perubahan adalah sahabat bagi sang waktu. Segalanya dapat berubah dan satu-satunya hal yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri.
Berawal dari sebuah kata berubah. Banyak hal yang ingin disampaikan dari kata tersebut. Entah kata itu mewakilkan hal yang sedang terjadi saat ini atau pun di masa depan. Tentu saja hari ini telah berubah dari hari sebelumnya, yang di mana seseorang yang sedih bisa kembali bersemangat atau pun sebaliknya. Tak ada yang statis di dunia ini. Iman, kedudukan, kepercayaan, harta serta orang-orang yang dicintai setiap saat dapat berubah. Lalu apakah kita akan menjadi akibat dari perubahan tersebut atau kita lah pelaku perubahan itu?
Setiap orang punya alasan tersendiri untuk memilih berubah saat ini atau pun nanti. Siapa yang tahu itu terbaik untuknya atau mungkin sebaliknya? Kita mungkin tidak mengetahuinya, untuk itu Allah SWT ada untuk menjawab kebimbangan hati manusia. Yang dibutuhkan seorang hamba bukanlah semua hal yang terbaik menurutnya tetapi rasa syukur bahwa semua hal yang diberikan Allah SWT adalah yang terbaik.
Ingin berubah atau sudah berubah, apakah itu hal yang salah di mata anda? Yang pasti jika ke arah yang lebih baik mengapa tidak? Tetapi dapatkah anda mengetahui ini yang terbaik bagi saya atau tidak? Jika tidak, mengapa anda yakin bahwa saya salah? Biarkan waktu yang membuktikan akibat dari sahabat yang bernama perubahan. Dan bersiaplah bahwa segalanya akan berubah. (Mudah2an ke arah yang lebih baik)
Berawal dari sebuah kata berubah. Banyak hal yang ingin disampaikan dari kata tersebut. Entah kata itu mewakilkan hal yang sedang terjadi saat ini atau pun di masa depan. Tentu saja hari ini telah berubah dari hari sebelumnya, yang di mana seseorang yang sedih bisa kembali bersemangat atau pun sebaliknya. Tak ada yang statis di dunia ini. Iman, kedudukan, kepercayaan, harta serta orang-orang yang dicintai setiap saat dapat berubah. Lalu apakah kita akan menjadi akibat dari perubahan tersebut atau kita lah pelaku perubahan itu?
Setiap orang punya alasan tersendiri untuk memilih berubah saat ini atau pun nanti. Siapa yang tahu itu terbaik untuknya atau mungkin sebaliknya? Kita mungkin tidak mengetahuinya, untuk itu Allah SWT ada untuk menjawab kebimbangan hati manusia. Yang dibutuhkan seorang hamba bukanlah semua hal yang terbaik menurutnya tetapi rasa syukur bahwa semua hal yang diberikan Allah SWT adalah yang terbaik.
Ingin berubah atau sudah berubah, apakah itu hal yang salah di mata anda? Yang pasti jika ke arah yang lebih baik mengapa tidak? Tetapi dapatkah anda mengetahui ini yang terbaik bagi saya atau tidak? Jika tidak, mengapa anda yakin bahwa saya salah? Biarkan waktu yang membuktikan akibat dari sahabat yang bernama perubahan. Dan bersiaplah bahwa segalanya akan berubah. (Mudah2an ke arah yang lebih baik)
Senin, 17 September 2012
Tuh kan rindu lagi
Sudah ketebak pasti isinya tentang rindu.
Yaiyalah judulnya saja begitu, pasti isinya seputar itulah..
Sebenarnya saya juga sudah bosan posting beginian tapi karena saya takut orangnya bosan dengar saya bilang begini jadi terpaksa di sini saja. Hahahaaaa..
Penasaran siapa orangnya? Hmm.. bagi yang merasa saja deh, wkwkwk (nnti jd kontroversial)
Baiklah supaya tidak menimbulkan fitnah, orang yang dimaksud adalah seorang sahabat karib yang selalu membuatku merasa nyaman saat bersamanya. Entah apa yang telah diperbuatnya, hanya sekedar mendengar suara ataupun membaca kembali pesan singkat darinya hati ini terasa lega (ebuset kata-katanya). Tetapi sudah hampir 1 minggu ini tak ada kabar lagi tentangnya padahal kami tidak berada dalam situasi yang sangat sibuk dibandingkan sebelum-sebelumnya. Hmmm... yaaaahhh mau diapa lagi :(
Saya sebenarnya bingung kalau mau menerjemahkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan (pusing mau tulis bagaimana, emoticonnya juga tidak lengkap). Pokoknya RINDU TITIK!!
Huaaahhhh, inilah bagian yang paling menyiksa. Rinduuuuu....
1. Saat berada di suatu tempat. Entah kenapa semua orang terlihat seperti dirinya, selalu merasa sebentar lagi akan bertemu padahal kenyataannya tidak. :(
2. Saat mendengar bunyi handphone. Buru-buru ingin mengangkat telepon atau membaca sms, berharap namanya tertera di layar dan kenyataannya hanya sapaan operator atau jarkom. :(
3. Saat berada di rumah. Hmm.. kira-kira yang ketok pintu itu sapa yah? Huaaaahhhhh :(
4. Saat tertidur. Mimpinya ketemu dia, ga mau bangun karena kalau bangun yah ga akan ketemu :(
5. Saat dinas atau jaga. Berharap yang antar konsul itu yah dia :( ataauuuuu paling tidak ketemu di kantin lah. :(
Bayangkan saja betapa tersiksanya kalau rindu sudah datang...
Tiba-tiba, menetap dan berulang
Hmm... Tuh kan rindu lagi :(
Yaiyalah judulnya saja begitu, pasti isinya seputar itulah..
Sebenarnya saya juga sudah bosan posting beginian tapi karena saya takut orangnya bosan dengar saya bilang begini jadi terpaksa di sini saja. Hahahaaaa..
Penasaran siapa orangnya? Hmm.. bagi yang merasa saja deh, wkwkwk (nnti jd kontroversial)
Baiklah supaya tidak menimbulkan fitnah, orang yang dimaksud adalah seorang sahabat karib yang selalu membuatku merasa nyaman saat bersamanya. Entah apa yang telah diperbuatnya, hanya sekedar mendengar suara ataupun membaca kembali pesan singkat darinya hati ini terasa lega (ebuset kata-katanya). Tetapi sudah hampir 1 minggu ini tak ada kabar lagi tentangnya padahal kami tidak berada dalam situasi yang sangat sibuk dibandingkan sebelum-sebelumnya. Hmmm... yaaaahhh mau diapa lagi :(
Saya sebenarnya bingung kalau mau menerjemahkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan (pusing mau tulis bagaimana, emoticonnya juga tidak lengkap). Pokoknya RINDU TITIK!!
Huaaahhhh, inilah bagian yang paling menyiksa. Rinduuuuu....
1. Saat berada di suatu tempat. Entah kenapa semua orang terlihat seperti dirinya, selalu merasa sebentar lagi akan bertemu padahal kenyataannya tidak. :(
2. Saat mendengar bunyi handphone. Buru-buru ingin mengangkat telepon atau membaca sms, berharap namanya tertera di layar dan kenyataannya hanya sapaan operator atau jarkom. :(
3. Saat berada di rumah. Hmm.. kira-kira yang ketok pintu itu sapa yah? Huaaaahhhhh :(
4. Saat tertidur. Mimpinya ketemu dia, ga mau bangun karena kalau bangun yah ga akan ketemu :(
5. Saat dinas atau jaga. Berharap yang antar konsul itu yah dia :( ataauuuuu paling tidak ketemu di kantin lah. :(
Bayangkan saja betapa tersiksanya kalau rindu sudah datang...
Tiba-tiba, menetap dan berulang
Hmm... Tuh kan rindu lagi :(
Minggu, 16 September 2012
Terasa sepi
Seperti kebanyakan postingan di blog ini, kali ini hadir kembali dengan postingan yang serupa. Hanya berisi ungkapan perasaan di saat aku sedang sendiri. Yah mau bagaimana lagi, saat aku senang atau lagi banyak kerjaan pasti tidak akan ada waktu untuk duduk sendiri sambil memainkan jari di atas keyboard. Alhasil tulisan dalam blog ini hanya berisi rasa terpuruk. Hahaha... Aneh memang..
Baiklah para pembaca (anggap saja ada, padahal pembacanya yah cuma saya sendiri) kita kembali ke topik awal yang judulnya "terasa sepi".
Mengutip sebuah voice note seseorang yang isinya itu: ...di dalam keramaian aku masih merasa sepi, sendiri memikirkan kamu...uu..uu.. (bacanya harus pake nada yah :p ). Yupp.. saat ini seperti itulah perasaanku. Walaupun di sekelilingku terdapat banyak sekali orang yang berlalu lalang tetap saja rasanya kok sepi yah. Mungkin inilah yang sering dikatakan orang-orang, manusia emang ga ada syukurnya. Kalau lagi ramai maunya sendiri, eh sekalinya sepi mau ramai lagi.. Apa sihh..
Beginilah kalau tidak ada teman cerita, kalau nulis banyak belok-beloknya. Belum selesai yang satu, eh ngelantur ke topik yang lain lagi. Kapan selesainya kalau begini??? Nah.. berawal dari kebiasaanku yang senang sekali bercerita itu ternyata tidak semua orang menyukainya. Yaiyalah, coba cerita di samping orang tidur atau mungkin yang lagi sibuk belajar kalau tidak diteriaki atau dimaki-maki. Hehehe.. Tapi serius tidak semua orang suka dengan kebiasaan orang-orang yang senang bercerita. Tentu saja hal itu wajar dan tidak salah. Apalagi jika seseorang itu dijadikan subjek dalam topik pembicaraan, entah kalian akan bercerita tentang hal negatif orang itu maupun hal positif yang ada pada dirinya. Karena itu ada yang mengatakan "mulut mu, harimau mu". Nah.. bagaimana kalau kita berhenti membicarakannya, karena saya tidak mau mengulang kesalahan yang sama lagi. Maaf untuk para pembaca yang sedang penasaran ataupun yang baru mulai penasaran. Oia maaf juga untuk yang tidak mengerti.
Intinya saya hanya ingin bercerita tentang saya, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Perasaan sepi yang sedang melanda ini tidak lain berawal dari kebiasaan dan kebodohan saya. Saya hanya ingin sendiri saat ini tetapi rasa sepi ini perlahan menyiksaku. Untuk orang yang semangatnya berasal dari orang-orang di sekelilingnya, sepi ini hanyalah pelarian dari kesalahan yang terjadi. Lari sekencang apapun tak mampu membohongi perasaannya untuk mengakui hadirnya rasa sepi yang perlahan menariknya untuk berhenti melangkah. Bukankah sama saja dengan mematikan karakter? Sudahlah, saya hanya tak mau terlalu memikirkannya. Rasa sepi ini sudah terlalu mendominasi perasaan dan pikiranku saat ini. Untung saja dalam PPDGJ-III tidak ada diagnosis untuk "SEPI PASCA PROBLEM." (tuh kan ngelantur lagi)
Bagi para pembaca, maaf jika tulisan ini tak dimengerti ataupun membosankan. Memang tulisan ini hanya sebuah psikoterapi bagi penulisnya dalam mengobati rasa sepi. Tidak ada niat untuk menyebarluaskan masalah ataupun meminta belas kasih. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.
NB:
Afek: Inappropriate
Baiklah para pembaca (anggap saja ada, padahal pembacanya yah cuma saya sendiri) kita kembali ke topik awal yang judulnya "terasa sepi".
Mengutip sebuah voice note seseorang yang isinya itu: ...di dalam keramaian aku masih merasa sepi, sendiri memikirkan kamu...uu..uu.. (bacanya harus pake nada yah :p ). Yupp.. saat ini seperti itulah perasaanku. Walaupun di sekelilingku terdapat banyak sekali orang yang berlalu lalang tetap saja rasanya kok sepi yah. Mungkin inilah yang sering dikatakan orang-orang, manusia emang ga ada syukurnya. Kalau lagi ramai maunya sendiri, eh sekalinya sepi mau ramai lagi.. Apa sihh..
Beginilah kalau tidak ada teman cerita, kalau nulis banyak belok-beloknya. Belum selesai yang satu, eh ngelantur ke topik yang lain lagi. Kapan selesainya kalau begini??? Nah.. berawal dari kebiasaanku yang senang sekali bercerita itu ternyata tidak semua orang menyukainya. Yaiyalah, coba cerita di samping orang tidur atau mungkin yang lagi sibuk belajar kalau tidak diteriaki atau dimaki-maki. Hehehe.. Tapi serius tidak semua orang suka dengan kebiasaan orang-orang yang senang bercerita. Tentu saja hal itu wajar dan tidak salah. Apalagi jika seseorang itu dijadikan subjek dalam topik pembicaraan, entah kalian akan bercerita tentang hal negatif orang itu maupun hal positif yang ada pada dirinya. Karena itu ada yang mengatakan "mulut mu, harimau mu". Nah.. bagaimana kalau kita berhenti membicarakannya, karena saya tidak mau mengulang kesalahan yang sama lagi. Maaf untuk para pembaca yang sedang penasaran ataupun yang baru mulai penasaran. Oia maaf juga untuk yang tidak mengerti.
Intinya saya hanya ingin bercerita tentang saya, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Perasaan sepi yang sedang melanda ini tidak lain berawal dari kebiasaan dan kebodohan saya. Saya hanya ingin sendiri saat ini tetapi rasa sepi ini perlahan menyiksaku. Untuk orang yang semangatnya berasal dari orang-orang di sekelilingnya, sepi ini hanyalah pelarian dari kesalahan yang terjadi. Lari sekencang apapun tak mampu membohongi perasaannya untuk mengakui hadirnya rasa sepi yang perlahan menariknya untuk berhenti melangkah. Bukankah sama saja dengan mematikan karakter? Sudahlah, saya hanya tak mau terlalu memikirkannya. Rasa sepi ini sudah terlalu mendominasi perasaan dan pikiranku saat ini. Untung saja dalam PPDGJ-III tidak ada diagnosis untuk "SEPI PASCA PROBLEM." (tuh kan ngelantur lagi)
Bagi para pembaca, maaf jika tulisan ini tak dimengerti ataupun membosankan. Memang tulisan ini hanya sebuah psikoterapi bagi penulisnya dalam mengobati rasa sepi. Tidak ada niat untuk menyebarluaskan masalah ataupun meminta belas kasih. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.
NB:
Afek: Inappropriate
Langganan:
Postingan (Atom)