Minggu, 12 Desember 2010

Sebenarnya tak layak tuk ditangisi

Di suatu siang yang sangat sempit (istirahat yg sangat cepat maksudnya) kami seperti biasa duduk di sebuah pojok kantin yang sebenarnya sudah sangat bosan kami kunjungi. Seperti siang-siang sebelumnya yang sangat terjepit kami bertujuh memilih (sebenarnya terpaksa sih) untuk makan siang di kantin itu. Ada yang sedang menunggu pesanan, ada yang membawa makanan dari rumah, ada juga yang membawa makanan dari luar, ada juga yang sudah membawa makanan ke dalam perutnya (lohh??). Pembicaraan singkat dengan sedikit tawa menghiasi siang itu. Yang kuingat jelas adalah pembicaraan saat itu yang sempat membuatku diam beberapa saat dan mengundang berbagai pikiran aneh di kepala mereka.

Banyak topik yang menjadi pembicaraan kala itu (maklum kami suka bercerita) dan tak pernah ketinggalan topik untuk sekedar menjadikan aku sebagai "korbannya", seperti gosip yang bilang aku lagi suka sama seseoranglah atau julukan yang mengatakan aku adalah orang "susah." Sebenarnya aku tak terlalu ambil pusing dengan masalah itu karena berapa kalipun aku membela diri tak ada yang berubah lagipula itu tak benar.

Merekapun membicarakan masalah co-ass. Pembicaraan yang sangat bagus karena mempersiapkan diri dari sekarang bagaimana kelanjutan kebersamaan kami di studi klinik. Sangat susah memang mencari teman seperjuangan yang benar-benar bisa diandalkan dan mengerti diri kita, makanya mereka mempersiapkan siapa-siapa yang ingin mereka jadikan teman yang selalu bersamanya di setiap bagian yang akhirnya akan lulus bersama-sama. Dan aku terdiam sejenak sementara mereka sedang asik memilih teman yang bagus dijadikan teman yang selalu bersama-sama di klinik nanti.

"Jangan sedih rahma! Semuanya akan baik-baik saja! Kumohon jangan ada lagi air mata yang keluar! Kau tahu ini bukan waktu dan tempat yang tepat. Tahan!! Kumohon!!"

Kalimat yang sempat kukatakan pada diriku yang terdiam. Bukan karena di antara mereka tak ada yang memilihku menjadi temannya. Menurutku hal yang wajar jika seseorang lebih memilih orang yang pintar untuk bersamanya di klinik nanti, selain bisa membantu juga gampang diajak berdiskusi. Sedikit sedih memang tapi bukan karena tak ada yang memilihku sekali lagi tetapi karena mengapa aku tak bisa menjadi orang yang bisa diandalkan. Dan itupun bukan alasan utamaku untuk diam tetapi karena aku tak tahu apa aku masih bisa bersama kalian nanti di klinik. Aku sangat berharap untuk terus bersama-sama tetapi aku tak tahu bagaimana dengan nilai "E" ku yang masih tidak jelas nasibnya apakah dapat berubah dalam waktu dekat atau tidak. Aku sangat berharap aku bisa bersama kalian di klinik tetapi lebih berharap lagi untuk bersama kalian memakai toga. Sebenarnya hal ini tak layak lagi untuk ditangisi, mungkin bisa dibilang sudah kadaluarsa tetapi tak bisa kusembunyikan rasa sedih setiap kali mengingatnya. Sudah kuingatkan berkali-kali terhadap diriku untuk mencoba ikhlas dan tawakkal kepada Allah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Sangat susah memang untuk ikhlas tetapi aku masih mencobanya kawan. Hanya saja mengingat tak bisa duduk bersama di yudisium membuatku sedikit sedih. Tetapi aku terus mencoba ber-positive thingking untuk itu. Aku tahu Allah Maha Kuasa dan tak ada yang tahu apa yang menjadi kehendak-Nya. Dan aku sangat yakin apapun itu adalah yang terbaik bagiku dan seharusnya aku tahu jika Allah bersamaku tak ada yang patut kutakuti. Sekarang aku hanya bisa bertawakkal kawan karena semua itu sebenarnya tak layak tuk ditangisi. Yang seharusnya aku takut jika Allah tak lagi di hatiku.

Maaf kawan membuat kalian berpikiran aneh tentang diamku. Bukan karena aku marah kalian selalu menggangguku atau tak memilihku. Tetapi aku diam merenungi betapa banyak nikmat-Nya yang aku sia-siakan. Dan surah Ar-Rahman itu sebagai penyindirku, "maka nikmat Tuhanmu mana lagikah yang kamu dustakan?". Kini aku sangat berusaha menenangkan hatiku. Mencoba ikhlas atas semua kehendak-Nya. Kenapa aku selalu berpikir ini hukuman dari Allah atau sebuah ujian? Bukankah ini semua kasih sayang Allah kepadaku yang menginginkan aku belajar untuk tetap sabar dan ikhlas. Sungguh balasan di sisi-Nya jauh lebih baik dari apapun di dunia ini. Insya Allah. Aamiin :)

Smangat rahma!! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar